Jumat, 26 Oktober 2018


PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA
      A.  KEDUDUKAN SIFAT MANUSIA
      1. KEDUDUKAN MANUSIA
       
-          Manusia Sebagai Abdullah
            Manusia sebagai abdullah (sebagai hamba Allah) yaitu harus selalu patuh dan taat atas segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya maka manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkang kepada-Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (shalat, puasa, haji, dsb.) maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan secara vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk memperoleh keridhaan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan Hadist.
            Sebagai seorang hamba, manusia harus melaksanakan tugas penghambaan diri kepada Allah SWT, dalam keadaan bagaimanapun dan di manapun. Ia harus senantiasa beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharapkan rida Allah. Ia harus selalu menyembah Allah dan berbakti kepada-Nya, sebagai wujud syukur kepada-Nya atas nikmat yang telah diberikan.
            Di dalam Al-Qur’an S. Ad-Dzariat ayat 56 disebutkan “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Ku”.[2] Ayat ini menjelaskan mengenai tujuan utama diciptakannya jin dan manusia, yaitu untuk menyembah dan beribadah kepada Allah SWT sebagaiKhalik. Tujuan tersebut juga mengandung arti bahwa manusia harus senantiasa taat dan patuh kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Ini merupakan tugas manusia sebagai seorang hamba.           
            Allah dengan ajaranNya Al-Quran menurut sunah rasul, memerintahkan hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ihsan. Oleh karena itu, tanggung jawab hamba Allah adalah menegakkan keadilan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah, seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kemungkaran yang mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa melaksanakan shalat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan kemungkaran (Fakhsyaa’wal munkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari umat yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang lain berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

-          Manusia Sebagai Khalifatullah
            Kata khalifah diambil dari kata kerja khalafa yang berarti “mengganti dan melanjutkan”. Ini menjelaskan bagaimana kepemimpinan dalam rumusan Islam diberi titel kahlifah. Abu Bakar r.a telah menggantikan Nabi saw setelah beliau meninggal dunia, maka Abu Bakar telah disebut sebagai Khalifah Rasulullah. Dengan mengambil contoh ini maka arti kedua, “melanjutkan” tidak dipakai dan istilah khalifah memberi pengertian “pengganti” kedudukan Rasulullah saw.[4]
            Untuk melaksanakan tugasnya sebagai khalifah fi al-ard, maka ia harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan tugasnya itu. Untuk itulah manusia diciptakan dilengkapi dengan akal dan kemampuan untuk berfikir, dengan demikian ia dapat menjadi wakil Allah di muka bumi, dengan bekal akal yang dapat di gunakan untuk mengetahui bentuk dan sifat berbagai ciptaan Allah di muka bumi. Sebagai khalifah manusia diperintahkan untuk menjaga kelestarian dan bukan melakukan kerusakan di muka bumi.
Pengangkatan manusia sebagai khalifah ini difirmankan Allah dalam QS.Baqarah ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ


Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:” Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:” mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engaku dan mensucikan Engkau?” Tuhaan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.[5]
                Khalifah dalam ayat di atas dapat di artikan sebagai pemimpin, artinya Allah menjadikan manusia sebagai penguasa di bumi. Penguasa dalam hal ini adalah mereka yang berhak memanfaatkan dan membuat tatanan kehidupan di muka bumi dan bertanggung jawab atas kesejahteraan dan kelestarian alam semesta.
            Sebagai seorang khalifah manusia bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan dan kemaslahatan makhluk-makhluk Allah yang lain di bumi, baik yang bernyawa maupun tidak. Dengan demikian manusia memerlukan ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai karakteristik alam yang menjadi tanggung jawabnya tersebut.Untuk dapat menjalankan tugas kekhalifahannya dengan baik, manusia memerlukan ilmu pengetahuan alam untuk memanfaatkan alam dan menjaga kelestarianya.
  

    2. SIFAT-SIFAT MANUSIA MENURUT ISLAM
       -      Lemah
            Manusia merupakan makhluk yang lemah. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 28 bahwa “karena manusia diciptakan dalam keadaan lemah”.
-          Mudah Terperdaya
            Manusia juga memiliki sifat mudah terperdaya. Setan dan iblis merupakan dua jenis makhluk yang tugasnya menggoda manusia agar terperdaya dan masuk neraka. Sifat mudah terperdaya ini dijelaskan dalam QS. Al-Infithar ayat 6 “Hai, Manusia, apa yang telah memperdayakanmu (berbuat durhaka) terhadap tuhanmu yang maha pemurah?”

-          Susah Bersyukur

            Sifat lain manusia yang tersirat di dalam Alquran adalah susah bersyukur. Hal ini tercantum dalam QS. Ibrahim ayat 34, “Sesungguhnya manusia (yang ingkar) sangat suka menempatkan sesuatu pada bukan tempatnya lagi sangat tidak menghargai nikmat Tuhannya”.

-          Mudah Putus Asa

Putus asa merupakan sikap mudah menyerah, tidak tangguh dalam berjuang, dan tidak  memiliki keinginan lagi untuk bangkit. Sifat putus asa dalam diri manusia ini tercantum dalam QS. Hud ayat 9, “Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih”.

-          Suka Tergesa-gesa

            Manusia merupakan makhluk yang memiliki sifat tergesa-gesa. Tergesa-gesa dalam hal apa pun, termasuk tergesa-gesa dalam berdoa dan ingin segera dikabulkan. Sifat tergesa-gesa atau terburu-buru ini tercantum dalam QS.  Al Isra ayat 11, “Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan, dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa”.                    Dalam surat Al-Anbiya ayat 37 juga dijelaskan “Jenis manusia diciptakan terburu-buru dalam segala halnya, Aku (Allah) akan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanku, maka janganlah kamu meminta disegerakan”

-          Mudah Lalai

            Banyak manusia yang lebih mengutamakan urusan duniawi daripada urusan ukhrowi atau akhirat. Hal ini merupakan contoh bentuk kelalaian manusia. Sifat mudah lalai ini tercantum dalam QS. Ar-Rum ayat 7, “Mereka hanya mengetahui yang lahir saja dari kehidupan dunia. Sedangkan terhadap kehidupan akhirat mereka lalai.”

-          Suka Berlebihan

            Manusia juga memiliki sifat berlebihan dan melampaui batas. Hal ini termaktub dalam surat Al-Maidah ayat 87, “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

-          Sombong

            Manusia juga memiliki sifat sombong atau suka berbangga diri dan menganggap remeh orang lain. Padahal Allah SWT sangat membenci hambanya yang sombong. Dalam Alquran disebutkan “Dan apabila dikatakan kepadanya “Bertaqwalah kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahanam. Dan sungguh neraka Jahanam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya.” (QS. Al-Baqarah 206)
-          Kikir
            “Katakanlah: “Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan adalah manusia itu sangat kikir.”(QS. Al-Isra’: 100)
-          Suka berangan-angan
            Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu”.(QS. Al-Hadid: 72)

-          Zalim dan Bodoh
            “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianati, dan dipikullah amanata itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”
(QS. Al-Ahzab: 72)

-          Suka Mengeluh
Manusia itu suka mengeluh atau berkeluh kesah “Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” (QS. Al-Ma’arij: 20)
“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan”. (QS. Al-Fushilat: 20)
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan appabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”. (Al-Isra’: 83)


 B.  PROSES PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT KONSEP AL-QUR’AN


 .مَكِينٍ قَرَارٍ فِي نُطْفَةً جَعَلْنَاهُ ثُمَّ .طِينٍ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ الْإِنْسَانَ خَلَقْنَا وَلَقَدْ ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mukminun [23]: 12–14)


C. KARAKTERISTIK MANUSIA

-          Aspek Kreasi

            Apapun yang ada pada tubuh manusia sudah dirakit dalam suatu tatanan yang terbaik dan sempurna. Hal ini bisa dibandingkan dengan makluk lain dalam aspek penciptaannya. Mungkin banyak kesamaan, tetapi anggota-anggota tubuh pada manusia bersifat lebih fungsional daripada organ-organ tubuh makhluk lainnya.
Allah berfirman dalam QS. al-Tin ayat: 4.
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِىٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ۬
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya bentuk" (QS. al-Tin: 4)

-          Aspek Ilmu

            Hanya manusia yang mungkin punya kesempatan memahami lebih jauh hakikat alam semesta di sekelilingnya. Pengetahuan hewan hanya terbatas pada naluri dasar yang tidak bisa dikembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Tetapi manusia menciptakan kebudayaan dan peradaban yang terus berkembang.
Firman Allah:
وَعَلَّمَ ءَادَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا
"Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) keseluruhannya... (QS. al-Baqarah: 31)

-          Aspek Kehendak

            Manusia memiliki kehendak yang menyebabkan bisa mengadakan pilihan-pilihan dalam hidup. Makhluk lain hidup dalam satu pola yang telah baku dan tak pernah berubah. Para malaikat yang mulia tak akan pernah menjadi makhluk yang sombong dan maksiat, misalnya. Manusia memiliki kehendak untuk memilih berbagai alternatif yang akan berujung kepada tanggungjawab:
إِنَّا هَدَيۡنَـٰهُ ٱلسَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرً۬ا وَإِمَّا كَفُورًا
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya (manusia) jalan yang benar, ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur..." (QS. al-Insan: 3).

-          Pengarahan Akhlak

            Manusia adalah makhluk yang dapai dibentuk akhlaknya. Ada manusia yang sebelumnya baik-baik, tetapi karena pengarah lingkungan tertentu dapat menjadi seorang penjahat. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu lembaga-lembaga pendidikan diperlukan manusia untuk mengarahkan kehidupan generasi yang datang.


D. MISI DAN FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA
-          Sabiqun bil khairat 
            Sabiqun bil khairat yaitu orang-orang yang lebih dahulu melakukan perbuatan baik. Hamba Allah yang termasuk dalam kategori ini adalah hamba yang tidak hanya puas melakukan kewajiban dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan olehNya, namun ia terus berlomba dan berpacu untuk mengaplikasikan sunah-sunah yang telah digariskan. Mereka lah orang-orang yang berlomba-lomba di dalam kebaikan, yang tujuan nya adalah mencari ridho Allah Swt. Mereka menyedekahkan harta dan jiwa raga mereka di jalan Allah Swt.
-          Muqtasid
            Muqtasid yaitu orang-orang pertengahan, maksudnya pertengahan disini adalah, orang-orang yang berada di tingkatan kedua setelah "sabiqun bil khairat ". Muqtasid merupakan orang orang yang biasa biasa saja di dalam melakukan perbuatan baik. Bahkan bisa di katakan orang orang yang menunda nunda pekerjaan, atau tidak bersegera di dalam melakukan perbuatan baik. Orang-orang muqtasid biasanya cukup merasa puas ketika telah melaksanakan kewajibannya dan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah swt tanpa melaksanakan sunah. Maka hasil dari perbuatan orang-orang "muqtasid" berbeda dengan hasil orang-orang "sabiqun bil khairat
-          Dzalimun linafsihi
            Dzolimun li nafsihi  yaitu orang-orang yang mendzolimi dirinya sendiri. Orang tersebut sering mencampuradukan antara yang hak dan yang bathil. Sifat ini hanya dimiliki oleh orang orang yang tidak melaksanakan perintah Allah dan Rasul nya dengan baik. Bahkan mereka menyimpang dari yang di perintahkan Oleh Allah dan RasulNya.


E. TAHAPAN KEHIDUPAN MANUSIA
-          Alam Ruh
            Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).
            Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)
-          Alam Rahim
            Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.
            Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia.” (HR Bukhari dan Muslim)
            Allah swt. berfirman: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj: 5)
Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia dalam keadaan telanjang. Belum bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.
-          Alam Dunia
            Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun.
            Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.
            Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Qur’an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.
            Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.
            Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau miskin, tua atau muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.
            Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Karena, kematian pasti datang menjumpainya. Suka atau tidak suka.
-          Alam Barzakh
            Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli surga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka dibukakan baginya pintu surga setiap pagi dan sore. Hawa surga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan sore dan dia akan merasakan hawa panasnya neraka.
            Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan kedunia.” Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.
-          Alam Akhirat (Hari Akhir)
            Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana manusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan keringatnya.
            Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, umatku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya.
            Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.
Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya.” (HR At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi.
            Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kalajengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan mayoritas manusia jatuh ke neraka jahanam.
            Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Sabtu, 20 Oktober 2018

Alam Semesta Menurut Pandangan Islam


A . MANUSIA
 1 . PENGERTIAN
-          Menurut Para Ahli

a.      NICOLAUS D. & A. SUDIARJA
Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang
b.      ABINENO J. I
Manusia adalah “tubuh yang berjiwa” dan bukan “jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana”
c.       UPANISADS
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana ataubadan fisik
d.      I WAYAN WATRA
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa
e.       OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
f.        ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dikatakan bahwa manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
g.      PAULA J. C & JANET W. K
Manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinanan.
h.       OMAR MOHAMMAD  Al – Toumi Al – Syaibany
Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian manusia adalah makhluk yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.


-        -   Menurut agama islam
            Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya. Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa. Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. 

     B. FITRAH MANUSIA
            Fitrah berasal dari kata “ fatara ” yg artinya ciptaan,suci dan seimbang. Menurut Louis Ma’luf dalam kamus Al Munjid, fitrah adalah sifat yg ada pada setiap yg ada pada awal penciptaanya, sifat alami manusia, agama dan sunah. Menurut Imam Al Marighi, fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan manusia yg menghadapkan dirinya pada kebenaran kesiapan untuk menggunakan pikiranya. Dengan demikian, dari segi bahasa fitrah dapat di artikan sebagai kondisi awal manusia yg memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung kepada kebenaran.

1. Hanief
Fitrah dalam arti hanief sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar Ruum ayat 30 yg artinya : “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah), ( tetaplah atas ) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan fitrah Allah ( itulah ) agama yg lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “.
Dari ayat di atas, hanief berarti lurus atau kecenderungan kepada kebaikan/kebenaran. Fitrah hanief ini di miliki oleh manusia karena sebelum terlahir ke dunia, manusia terlebih dahulu terikat suatu proses persaksian dengan Allah SWT seperti yg di paparkan pada surat  Al-A’raaf ayat 172 yg artinya : “ Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian atas jiwa mereka …. “

2. Potensi Akal
            Potensi adalah kelengkapan yg diberikan pada saat manusia lahir ke dunia. Potensi yg dimiliki manusia, terbagi menjadi potensi fisik dan rohaniah. potensi akal termasuk potensi rohaniah. Akalsecara bahasa berarti pikiran atau rasio . Dalam Al Qur’an sendiri akal di artikan dengan kebijaksanaan (wisdom ), intelegensia (intelligent ) dan pengertian ( understanding ). Dengan demikian, Al Qur’an menempatkan akal bukan hanya pada hal rasio , tetapi juga rasa bahkan bisa dikatakan hikmah atau bijaksana.

3. Qolbu
            Seperti halnya akal, qaib juga termasuk potensi rohaniah dari manusia. Al Qoib berasal dari kata qalaba yg berarti berubah, berpindah atau berbalik. Menurut Ibnu Sayyidah berarti hati. Al Qoib diartikan dalam dua pengertin. Yang pertama bias berarti segumpal daging/jantung, dan yg kedua adalah pengertian yg bersifat ketuhanan dan rohaniah yaitu hakikat manusia yg dapat menangkap segala pengertian , berpengetahuan dan arif. Qoib adalah pusat kegiatan untuk mengingat tuhan. Lain halnya dengan akal yg digunakan untuk memikirkan alam. Namun, akal dan qaib merupakan kesatuan rohani untuk memahami kebenaran sehinggamanusia dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi yg bersatu dengan kebenaran ilahi.

4. Nafsu
Adalah suatu kekuatan yg mendorong manusia untuk mencapai keinginanya. Biasanya nafsu bersifat bebas tanpa mengenal baik dan buruk. Dengan nafsu, manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yg lain. Jika nafsu tidak terkendali dapat menyebabkan manusia masuk dalam kondisi yg berbahaya. Untuk mengendalikan nafsu tersebut, manusia menggunakan akalnya untuk mengikuti jalan yg ditunjukan oleh agama agar tercipta An-nafs Al-mutmainah (jiwa yang tenang)


     B.   ALAM SEMESTA

1. Pengertian Alam Semesta
Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia ini selain Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam dapat dibedakan mrnjadi beberapa jenis, diantaranya adalah alam ghoib dan alam syahadah. Alam syahadah dalam istilah Inggris disebut universe yang artinya seluruhnya, yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagi alam semesta. Alam semesta merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan perhatian Allah. Allah menciptakan alam semesta ini dengan susunan yang teratur dalam aspek biologi, fisika, kimia, dan geologi beserta semua kaidah sains. Definisi dari alam semesta itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius. Alam syahadah atau alam materi sering juga disebut dengan alam fisik karene alam syahadah merupakan alam yang dapat dicapai oleh indera manusia baik dengan menggunakan alat atau tidak, berbeda dengan alam ghoib yang tidak dapat tercapai oleh indera. Alam syahadah dapat dibedakan menjadi alam raya (makrokosmos) dan alam zarrah (mikrokosmos). Dan dapat pula dibedakan menjadi alam nabati, hewani, dan insani Al Quran menggambarkan alam semesta laksana sebuah kitab yang disusun oleh satu wujud yang arif, yang setiap baris dan katanya merupakan tanda kearifan penulisnya.

2. Penciptaan Alam Semesta
a.   Menurut Teori Big Bang
Alam semesta telah diciptakan sekitar 15 miliar tahun yang lalu. Tidak seorangpun tahu kenapa, mengapa, dan bagaimana alam semesta ini terbentuk. Akan tetapi, dari beberapa penelitian yang memakan waktu yang lama, bermunculanlah berbagai teori penciptaan alam semesta. Pada abad ke 19, banyak orang mempercayai teori alam semesta yang tetap. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta tidak memiliki permulaan, dengan kata lain alam semesta ini telah ada sejak dahulu kala dan tidak berubah (statis). Teori ini muncul dari kalangan materialis yang tidak percaya tentang penciptaan.

     Kemudian, pada abad 20 muncul suatu teori baru tentang penciptaan alam semesta, yaitu teori Big Bang. Teori ini mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Pada teori ini, dikatakan bahwa alam semesta terbentuk karena sebuah ledakan besar yang disebut Big Bang. Teori Big Bang merupakan kebalikan dari teori alam semesta yang tetap. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta. Banyak orang yang menganut paham materialis yang tidak percaya dan menyanggah teori ini.
Akan tetapi, tidak lama setelah teori ini muncul, banyak bukti -bukti yang ditemukan membenarkan teori ini seperti ditemukannya sisa-sisa gema radiasi dentuman dari ledakan tersebut. Sungguh menakjubkan karena sisa-sisa gema dentuman tersebut masih ada meskipun proses-proses pendinginan dari dentuman besar tersebut telah berlangsung selama 15 miliar tahun. Sisa-sisa radiasi gema tersebut dapat ditemukan pada suhu 5 kelvin. Kemudian teori Big Bang pun diterima oleh berbagai kalangan di seluruh dunia.

b.   Menurut Al Quran
Menurut pandangan Al Quran, penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surat Al Anbiya ayat 30.
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
Menurut ayat di atas dikatakan bahwa langit dan bumi dahulunya merupakan satu kesatuan yang padu.

Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi, “  Datanglah kamu keduanya menuruti perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya  menjawab, “Kami datang dengan suka hati
“ Maka Dia menjadikannya 7 langit dalam 2 masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya` ( Fushshilat 11-12)
Surat ini menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan bintang-bintang dalam enam masa.

Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam semesta ini diciptakan selama 6 masa.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
Bumi sebelumnya adalah planet yang mati dan Allah menghidupkannya dengan menu-runkan air dari langit.
“ Dan Allah menurunkan dari langit air dan dengan air itu dihidupkannya bumi sesudah matinya.”. (QS`An Nahl ; 65). Pertanyaannya adalah darimana air ini berasal ? Padahal waktu itu belum ada awan yang bisa menghasilkan hujan, belum ada langit yang bisa menahan uap air. Maka satu-satunya kemungkinan asal air adalah dari Arsynya Allah.
“ Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar kuasa menghilangkannya.”( QS  Al- Mu’minun ; 18 )
Perhatikan kalimat “lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi” , ini menerangkan bahwa air bukanlah pemukim asli bumi tetapi pendatang.
“ ……….Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup, Maka mengapakah mereka tiada juga beriman“ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
“ …. Maka Kami tumbuhkan dengan air itu berjenis-jenis tumbuhan yang bermacam-macam “ ( QS Tha Ha ; 53)
“ Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air … (QS An Nur ; 45).
Ketiga ayat tersebut makin menjelaskan kepada kita bahwa setelah air diturunkan ke bumi,  maka sebelum Allah ciptakan hewan , tentunya yang terlebih dahulu Allah cipakan adalah tumbuh-tumbuhan sebagai cadangan makanan hewan. Kemudian hewan-hewan ada juga yang menjadi cadangan makanan untuk hewan-hewan predator. Semua jenis hewan, baik burung maupun hewan darat, ternyata menurut ilmu pengetahuan memang asal-usulnya dari hewan air.
Misteri berikutnya adalah dikatakan dalam Al Qur’an bahwa langit dan bumi dulunya adalah suatu yang padu. Jadi bukan bumi dan bintang-bintang yang dulunya sesuatu yang padu.
“ ………bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya……. “ ( QS. Al-Anbiya ;30 ).
Selanjutnya  Allah swt katakan menciptakan langit dari asap (lihat kembali surat Al Fushilat ayat 11). Bumi, sebelum Allah swt hidupkan dengan menurunkan air dari langit, pada mulanya adalah sebuah bola api yang sangat panas. Ilmu pengetahuanpun mengakui hal tersebut. Tetapi tanpa perlu pembuktian, kita tahu bahwa perut bumi masih mengandung lumpur dan lahar yang sangat panas sampai saat ini. Sebuah benda yang panas, seperti sebatang besi yang membara misalnya, apabila disiram air akan menyebabkan munculnya asap dan uap air. Demikian juga dengan bola panas bumi pada waktu air diturunkan maka dia mengeluarkan asap dan uap air. Apa bedanya asap dengan uap air ? Asap bersifat adhesive (mengikat) sedangkan uap bersifat kohesip (tidak mengikat). Asap dari bumi inilah yang kemudian Allah swt ciptakan menjadi langit yang tujuh lapis. Kemudian dalam tempurung langit yang pertama Allah ciptakan bintang-bintang. Darimana Allah swt ciptakan bintang-bintang. Wallahu a’lam, tidak ada penjelasan dalam Al Qur’an. Allah swt Kuasa menciptakan segala sesuatunya dari yang tiada menjadi ada.

3. Karakteristik Integral Alam Semesta
      a. Terbatas, segala sesuatu yang dapat tertangkap oleh indera, ruang dan waktunya terbatas.
      b. Berubah, segala sesuatu berubah tidak tahan lama, segala sesuatu yang dapat ditangkap        oleh        indera, keadaannya tidak akan berhenti, kalau tidak berkembang, ya rusak.
      c. Ditentukan.
      d. Bergantung.
      e. Relative.

4. Tujuan Penciptaan Alam
    Pada hakekatnya segala sesuatu yang tercipta, benda hidup maupun mati, nyata ataupun tidak, semuanya adalah milik Allah semata yang pada akhirnya semuanya akan kembali kepada-Nya. Baik secara suka atau terpaksa, segala alam yang ada itu menjadi tunduk dan patuh pada hukum dan ketetapan Allah.
Hanya karena sifat kasih dan saying dari Allah maka manusia yangi ciptakan adalah diberi tugas sebagai kholifah di bumi ini bertugas untuk megelola, membudayakan, memanfaatkan dan melestarikan alam. Tugas tersebut diberikan kepada manusia karena Allah menciptakn manusia sebagai makhluk yang terbaik, seperti yang disebutkan dalam surat At Tiin ayat 4. Manusia di dalam kehidupannya di dunia dibekali oleh Allah dengan potensi dasar. Potensi dasar itu dapat nampak dan dilihat dalam jiwa, raga, tubuh, dan ruh.

Dari potensi dasar manusia yang berupa akal yang bias melahirkan daya berfikir dan daya nalar, akhirnya manusia dapat menundukkan, menguasai, dan memanfaatkan alam. Dengan akal itu pula manusia dapat mengamati, meneliti, menganalisis gejala-gejala alam yang timbul, dan menguasai rahasia-rahasianya. Sehingga pada puncak penelitian dan penemuannya itu, akan wujud dan keagungan Allah sebagai penciptanya.
Dengan demikian, tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah.

4. MEKANISME ALAM (SUNNATULLAH)
    Mekanisme alam atau sunnatullah adalah suatu ketentuan yang telah ditetapkan Allah demi keteraturan, keserasian, dan keharmonisan alam jagat raya ini serta kesejahteraan manusia yang hidup di dunia ini. Atau dengan kata lain, sunnatullah dapat diartikan sebagai hukum-hukum Allah yang berlaku di alam raya ini atau biasa disebut sebagai hukum alam. Hukum-hukum Allah diantaranya ada hukum yang berkaitan dengan alam raya dan ada pula hukum yang berkaitan dengan manusia. Kalau hukum Allah yang berlaku bagi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, disebut sunnatullah, kalau hukum yang berlaku antara manusia dengan alam disebut dengan takdir.
Ada tiga sifat utama sunnatullah yang diterangkan dalam Al Qur’an, yaitu
 1. Exact (pasti) dalam surat Al Furqan : 2, At Tholaq : 3,
 2. Immutable, dalam surat Al Israa : 77, Al An’am : 115,
 3. Objective, dalam surat Al Anbiya : 105.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah, maka segala sesuatu yang ada di alam ini Allah yang mengatur semuanya dan Allah juga yang berkehendak untuk menetapkan semua yang ada di alam semesta ini. Sunnah/ketetapan Allah antara lain sebagai berikut :
1.      Selalu ada dua kondisi saling ekstrim (surga-neraka, baik-buruk, benar-salah)
2.      Segala sesuatu diciptakan saling berpasangan, saling cocok atupun saling bertolakan
3.      Selalu terjadi pergantian dan perubahan dari suatu kondisi yang saling berbeda
4.      Perubahan, penciptaan, maupun penghancuran selalu melewati suatu proses
5.      Alam diciptakn dengan keteraturan
6.      Alam diciptakan dalam keadaan seimbang
7.      Alam diciptakan terus berkembang
8.      Setiap terjadi kerusakn di alam manusia, Allah mengutus seseorang untuk memberi peringatan atau memperbaiki kerusakan tersebut.
Pada intinya, Allah menciptakan alm semesta beserta isinya dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar, maka alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

C. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA
   
     1. Hubungan Historis 
         Asal usul manusia dikaitkan dengan keberadaan alam semesta ini dilandaskan pada adanya persamaan bentuk morfologis dan fisiologis (dan alas an yang bersifat ideologis). Pada abad ke 19 muncul suatu pemahaman asal usul manusia yang dikaitkan dengan primata. Penciptaan manusia pada awal kehidupan dari Ramapithecus-oseopithecus-Australopithecus-Pitecanthropus Erectus-Neandertal-Homo Sapien yang kini dikenal sebagai manusia modern seperti sekarang ini. Dari evolusi awal terciptanya manusia yang rumit inilah ada hubungan historis/sejarah antara manusia dan alam semesta.
  Kerumitan yang ada pada persoalan asal usul manusia hamper sama dengan kerumitan asal usul alam semesta. Apalagi jika dihubungkan bahwa evolusi manusia dahulu sampai sekarang sesungguhnya menyangkut perubahan gejala-gejala jagat raya/alam meliputi tingkah laku, unsure, atom, dan elemen. Dari hal itulah terdapat hubungan historis antara manusia dan alam semesta.

2. Hubungan Fungsional
    Proses penciptaan manusia adalah integral dari alam semesta. Dalam sisitem kosmos, manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena memiliki keunggulan dalam system kesadaran, maka alam semesta menjadi obyek yang penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan pengetahuan terhadap alam dan teknologi yang diterapkannya, menempatkan alam semesta dalam posisi sebagai sumber kehidupan yang tidak terbatas bagi manusia. Maka wajarlah jika semakin dalam pengetahuan semakin teraasa hubungan antara fungsi manusia dan fungsi alam.
     Salah satu teori yang menunjukkan hubungan antara manusia dengan alam adalah teori anthroposentris yang menyebutkan bahwa manusia menjadi pusat alam. Maksudnya semua yang ada di alam adalah untuk manusia, seperti firman Allah dalam Q.S. Al Baqarah ayat 29 yang artinya : “Dan Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.”
Menurut pandangan Islam, manusia ditempatkan sebagai rahmat bagi alam. Seperti disebutkan dalm Q.S. Al Anbiya ayat 107 yang artinya : ”Dan tiadalah kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat seluruh alam.”
Pada intinya, alam dan manusia saling bergantung, alam menyediakan segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia untuk menjaga kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya, yaitu Allah SWT.

            D.  KESIMPULAN
  1. Alam adalah segala sesuatu yang ada atau yang dianggap ada oleh manusia di dunia     ini selain         Allah beserta Dzat dan sifat-Nya. Alam semesta adalah segala sesuatu yang ada pada diri manusia       dan di luar dirinya yang merupakan suatu kesatuan system yang unik dan misterius dan dapat              dicapai oleh indera manusia yang merupakan ciptaan Allah yang diurus dengan kehendak dan              perhatian Allah.

  2. Teori Big bang menyatakan bahwa alam semesta terbentuk oleh suatu ledakan besar.       Pernyataan ini mengindikasikan bahwa terdapat permulaan pada alam semesta.

  3. Al Qur’an menerangkan bahwa yang pertama kali Allah ciptakan sebelum ada bintang-  bintang dan galaksi, adalah bumi, kemudian Allah swt siapkan makanan di bumi bagi subject  utama penciptaan alam semesta , yaitu manusia. Baru setelah itu Allah ciptakan langit dan  bintang-bintang dalam enam masa. Seperti diterangkan dalam Surat Al A’raf ayat 54, alam  semesta ini diciptakan selama 6 masa.

  4. Karakteristik integral alam ada 5, yaitu terbatas, berubah, tergantung, ditentukan, dan  relative.

  5. Tujuan alam diciptakan adalah bukan untuk dirusak, dicemari, dan dihancurkan. Akan  tetapi adalah untuk difungsikan semaksimal mungkin dalam kehidupan. Tujuan alam  diciptakan juga  bukan untuk disembah, dikultuskan, dan dimintai pertolongan. Akan tetapi  adalah untuk dikelola, dibudidayakan, dan dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada akhirnya  alam diciptakan hanya sebagai fasilitas semata bagi manusia untuk mengenal dan lebih  mendekatkan diri pada Allah.

  6. Mekanisme Alam (Sunnatullah) adalah ketentuan-ketentuan Allah sebagai hukum yang  mengatur alam semesta ini beserta isinya. Allah menciptakan alm semesta beserta isinya  dilengkapi dengan hukum-hukum (sunnatullah). Dan jika hukum-hukum tersebut dilanggar,  maka alam akan hancur. Itulah hakikat sunnatullah yang telah ditentukan oleh Dzat Yang  Maha Tinggi sebagai Sang Pencipta, Pengatur dan tempat kembali seluruh alam.

   7. Hubungan histories manusia dan alam semesta adalah terletak pada kerumitan proses   permulaan keduanya ada di dunia ini. Alam dan manusia saling bergantung, alam   menyediakan segala sesuatu yang manusia butuhkan, dan alam membutuhkan manusia   untuk menjaga kelestariannya. Alam diciptakan oleh Allah sebagai objek untuk   mengembangkan potensi dan pengetahuan yang dimiliki manusia agar mereka bisa   berkembang dan memakmurkan alam, dan mengetahui tanda-tanda kebesaran penciptanya,   yaitu Allah SWT.

PANDANGAN ISLAM TENTANG MANUSIA       A.   KEDUDUKAN SIFAT MANUSIA       1. KEDUDUKAN MANUSIA         -           Manusia Sebaga...